Air Kehidupan
Dimana bisa kutemukan
Secangkir kehidupan
yang kau ciptakan
Hausku tak terbendung waktu
Tubuh mati rasa karna dahaga
Berlari aku mencari
Merangkak hingga terjebak
Berjalan seperti melayang
Air-Mu tak kunjung datang
Mungkin tuhan belum izinkan
Aku menemukan
Secawan air kehidupan
Harapan Bagai Awan yang Hujan
Dalam malam terawang gadis kembang
Merekah dalam senyuman dan harapan
Tentang cinta tersimpan dalam awan
Lalu berserakan menjadi hujan
Seisi malam terbayang parasmu yang ayu
Berselimut rindu yang menggantung di bulan
terlalu lama kutahan
menikam kejam
Rasa yang bertaburan bagai bintang melayang
Angin berdesau menarik ranting
Lembayung tersungging di pelepah ara
Dalam sepi yang mengigit jari
hati tertimbun impian
Yang tak mungkin jadi kenyataan
Berlari Mengikuti Hari
Ia tak jadi bunuh diri
Tatkala bulan diselimuti awan
berubah menjadi clurit
yang menggigit cekit
tangannya yang hilang di tengah hujan
Ia tunda bunuh diri
Waktu terdengar azan melewati hujan
menghanyutkan jendela jiwa
begitu dalam terasa
Terlepas setan dalam pundian badan
Setan bercaling memakan daging
Membisikkan harapan berisi bualan
apa arti hidup ini
tak berarti
tanpa kesenangan indrawi menggoyang hati
Iblis-iblis yang menjelma katak
Bertengger disepasang pundak
merogoh jantung
menjerat erat
Berakar pada dinding hati yang sunyi
Kini ia telah pergi dalam sendiri
Dalam hitungan putaran waktu tertentu
Bebas beban tanpa setan
Tak tahu bagaimana
Mungkin ia jadi membunuh diri
Malang, 2007
Perawan berambut panjang
Perawan berambut panjang berjalan pelan
Menapaki jalan terjal menuju sungai grojogan
Perawan siapa gerangan?
Sarang burung pipit menjelma lingkaran puting beliung
Yang meluluhlantakan alam semesta jiwaku
Perawan itu masih berambut panjang
Membawa tembikar membelah semak belukar
wajah yang rupawan
terselipkan kerahasiaan
Tentang ketangguhan batang-batang gempolan*
Rambut panjang itu masih tergerai
Berderai tertiup angin lembayung senja
indah mata memandang
meniupkan seruling gembala
mengaramkan samudera jiwa pada kapal-kapal
Yang melambangkan kecantikan dari sang Hyang tunggal
Tulungagung, 2002
*Sejenis pohon beringin yang besar
Ketika Diri dan Hati Bersemadi
Mata terbuka terukir tanda
Hati tertuju pada Satu mengikat nafsu
Nafas terhembus pelan kadang tanpa nafas
Menekan jiwa bermain air dan terik surya
Menyibak atman dalam diri
Mata terbuka terukir tanda
Menghadap mantap raga sila tangan membentuk mudra
Mencari ketenangan dalam merombak rasa
Memerangi keakuan yang menyerap rahsa dari-Nya
Menjadi aku yang mutlak terliputi oleh-Nya
Mata terbuka terukir tanda
Khusuk mahsyuk benam jiwa kedalam-Nya
Mengalir tidak seperti air
Tidak juga berhembus
Atau diam
Diam dalam gerak
………Hu ya ha hu
Mata terbenam tenggelam
Bengkel Sastra, tengah malam.
05-04-07
Hening dalam Pening
Sekarang aku rasa duduk di perasingan
Jauh dalam kesendirian di tengah keramaian
Terpaku pada rasa yang sering terlupa
Tentang diri ini yang sedang mencari guru sejati
Otak bertanya:
“kemana kita cari pencerahan?”
Lama hati terdiam dalam kelam
……….hening sunyi tak ada jawaban
Senyap tak berucap
Ada suara:
Pencerahan bukan ajaran
Kita cari dalam diri dan hati
Menaruh mahkota cinta dalamnya
Tak terperi rasa manusia
Otak bertanya:
“siapa guru sejati?”
Masih seperti lalu
Keheningan merayap bagai gagak yang hinggap
Menebar jala dan perangkap
Merambang dalam terawang
Suara berbisik:
Guru sejati pribadi yang suci
Seperti hati yang menerangi
Berasal dari-Nya dan kembali pada-Nya
Manusia sering lupa
Ia adalah semesta
Semesta adalah manusia
Otak terdiam bungkam
Tenggelam menyatu padu bersama alam-Nya
Bengkel Sastra, tengah malam.
05-04-07
Pencarian dan Keputusan
Aku berjalan mengikuti bulan
Semakin kuikuti semakin tertinggal
Aku berjalan…..ia berlari
Aku berlari…….ia melesat pergi
Aku masih tertinggal
Aku berjalan mengikuti matahari
Hari-hari panjang ku lalui
Tubuh penuh peluh
Hati perih mendidih
Kaki terasa terhimpit sakit
Aku semakin tertinggal
Aku berjalan sendirian tanpa teman
Melawan iblis yang datang……sendirian
Dalam kesendirian kutemui sebuah harapan
Tanpa bulan aku berjalan
Dalam perenungan hati
Akhirnya kutemui cahaya Ilahi
Yang terpancar dari kedalaman hati
Cahaya hati melebihi mentari di siang hari
Tanpa matahari aku berlari
Malang, 2007
Shramana
Mereka berjalan bertemankan awan
Mencari kebenaran sejati tanpa reinkarnasi
Meski jalan penuh dengan tantangan
Tiada henti menuju pada yang Ilahi
Mereka tidur beratap langit beralas bumi
Tiada hari tanpa samadi melatih pengendalian diri
Dari raga sampai hati
Hanyut dalam rengkuhan ilahi
Bagus Setya Mahardika. Mahasiswa Universitas Negeri Malang. Penggiat Sastra di Bengkel Imaji Malang. Karya pernah di muat di media lokal Malang.
Petani
KEKECEWAAN PETANIKau menanam padi susah payah
Walau harus berjemur di sawah
Tapi kau tidak takut kalah
Dengan tikus-tikus sawah
Walau hasil panen harus dijual murah
Tapi tekadmu tidak akan goyah
Sungguh besar jasamu petani
Kau memanen padi dengan ani-ani
Kau pergi ke sawah setiap hari
Walau kau harus pergi pagi-pagi
Jika kau panen kau juga berbagi
Terima kasih atas jasa petani
CINTA KEBERSIHAN
Mari teman, mari kemari
Kita singsingkan lengan baju
Kita bersihkan rumah
Kita bersihkan lingkungan
Kita jaga selalu kebersihan
Jangan biarkan sampah berserakan
Buanglah sampah pada tempatnya
Kita cinta kebersihan
Rumah bersih nyaman
Lingkungan bersih sehat
DESAKU
Desaku, tempat kudilahirkan
Dan tempat kudibesarkan
Kelestarian lingkungannya
Sangat indah dan menawan
Membuat orang tak bosan memandang
Desaku sangat damai
Tidak ada keributan
Warganya rukun dan saling menyayangi
Puisi untuk Ayah dan Ibu
Ya Allah,Rendahkanlah suaraku bagi mereka
Perindahlah ucapanku di depan mereka
Lunakkanlah watakku terhadap mereka dan
Lembutkan hatiku untuk mereka…….
Ya Allah,
Berilah mereka balasan yang sebaik-baiknya,
atas didikan mereka padaku dan Pahala yang
besar atas kasih sayang yang mereka limpahkan padaku,
peliharalah mereka sebagaimana mereka memeliharaku.
Ya Allah,
Apa saja gangguan yang telah mereka rasakan
atau kesusahan yang mereka deritakan kerana aku,
atau hilangnya sesuatu hak mereka kerana perbuatanku,
maka jadikanlah itu semua penyebab susutnya
dosa-dosa mereka dan bertambahnya pahala
kebaikan mereka dengan perkenan-Mu ya Allah,
hanya Engkaulah yang berhak membalas
kejahatan dengan kebaikan berlipat ganda.
Ya Allah,
Bila magfirah-Mu telah mencapai mereka sebelumku,
Izinkanlah mereka memberi syafa’at untukku.
Tetapi jika sebaliknya, maka izinkanlah aku
memberi syafa’at untuk mereka,
sehingga kami semua berkumpul bersama dengan santunan-Mu
di tempat kediaman yang dinaungi kemulian-Mu, ampunan-Mu serta rahmat-Mu.
Sesungguhnya Engkaulah yang memiliki Kurnia Maha Agung,
serta anugerah yang tak berakhir
dan Engkaulah yang Maha Pengasih diantara semua pengasih.
Amin Ya Rabbul Alamin..
Kucingku yang Lucu
Kucing….Suaramu merdu
setiap kamu lapar
pasti mengatakan,”Meong.”
Tetapi…
Kau sungguh lucu sekali
Setiap aku kesana kemari
Kau selalu mengikutiku
Aku sayang padamu
Kebenderangan
Kala malam semakin larut
Aku terpaku di dalam kesunyian
Terdiam menatap ilusi kesendirian
Diriku seakan terbiar dalam kehampaan
Kebekuan jiwa menjelma
Kedinginan nurani selalu menemani
Aku merindu tentang kehangatan
Aku bermimpi tentang keindahan
Saat tirai kegalauan mulai tersibak
Fatamorgana menjauh dari realita
Hingga tersingkaplah kebenderangan
Tangisan Bumi Pertiwi
Di rumah sendiri
Yang sepi dan sunyi
Bahkan tak ada yang berbunyi
Aku termenung dalam sepi
Tiba tiba ku mendengar
Suara yang tak ku kenal
Suala dari dalam bumi
Itulah saat dimana bumi menangis
Tangisannya terdengar sangat miris
Karena bumi merasa disakiti
Oleh manusia manusia tak bertanggung jawab
Saat semua orang menangis
Karena bumi yang semakin terkikis
Karena bumi marah dan,
Merasa sakit
Manusia berbondong bondong
Mencari sebuah cara dan solusi
Cara dan solusi yang praktis
Tanpa berpikir secara logis
Marilah semua,
Tundukkan kepala
Sadari kesalahan kita dan,
Berusaha membenahi bumi kita.
Marilah kita semua,
Gunakan waktu kita yang mulai habis
Dengan beramal, beribadah , berdoa dan,
Sekali lagi benahi diri kita….
Anak Pengojek Payung
Siang hari yang gerimis
Di sebuah terminal
Terlihat seorang anak
Berbaju rombeng membawa payung merah
Dengan muka memelas
Berusaha menawarkan jasanya
Dengan paying yang dibawanya
Ia menjari seorang pelanggan
Berharad mendapatkan uang
Ia rela berhujan hujanan
Demi sesuap nasi
Untuk mengisi perut yang kecil
Saat hujan berhenti
Anak pengojek paying pulang
Pulang ke ruma dengan membawa
Beberapa lembar uang seribuan
Uang yang tak seberapa
Ia belikan beberada bungkus nasi tanpa lauk
Berharap yang dirumah bias makan
Ia berlari agr cepat sampai ke rumah
Agar adiknya bias cpat makan
Agar adiknya tidak lama menunggu
Sampai di rumah ia berikan bungkusan nasi
Yang dibelinya siang tadi
Oh… sungguh malangnya anak itu
Ia seorang yatim piatu
Tinggal di bawah kolong jembatan
Dengan adiknya yang masih balita
Ia bekerja keras setiap hari
Demi emncukupi kebutuhanya
Semata mata hanya
Ingin mempertahankan hidup walaupun hanya sebentar
Ketamakan yang meraja lela
Di dunia in
Manusia yang menghuni mendadak serakah
Karena mereka haus
Haus akan kekuasaan dan kekayaan
Yang ada di pikirn mereka hanya
Uang, uang, dan uang
Sedikit dari mereka yang sadar
Sadar akan kehidupan
Mereka yang tamak dan serakah
Hanya memberi senyum
Kepada orang terpandang dan,
Bertindak kasar terhadap yang lemah
Naik haji semata ingin di puji
Korupsi di anggap rizki
Narkoba barang yang nikmat
Dimana pikiran sehat mereka?
Apakah hanyut ditelan bumi?
Apakah hanyut terbawa banjir?
Apakah hancur diterjang gempa?
atau Kalian bakar?
Apakah ini ?
Apakah ini ucapan terimakasih kalian?
Lalu apakah arti hidup?
Jawablah apa itu arti hidup bagi kalian?
Indahnya duniaku
Ku buka mata
Di pagi hari yang cerah
Ku dengar kokok ayam
Yang bersahutan
Ku buka jendela kamar
Kulihat emntari pagi
Yang telah bersiap menemeni
Hariku hingga terbenam
Kuhirup udara pagi
Yang masih bersih dan sejuk
Ku dengar kicau burung
Yang indah berbunyi bergantian
Hingga hari menjelang malam
Kunikmati hariku
Aku duduk bersiap
Di depan jendela kamarku
Berharap dapat menyaksikam
Matahari terbenam
Hingga bintang dan bulan
Datan menghias angkasa malam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar